Pages

Selasa, 31 Mei 2011

Kritis Menilai Acara Anak

Saya masih ingat saat sekitar tahun 2002/2003 ada tayangan telenovela berjudul "Amigos" yang mengambil setting latar belakang sebuah sekolah.
Kemudian saat tayangan itu usai masa tayangnya, seorang guru dari Brebes menulis surat ke salah satu majalah, yang isinya minta agar pihak stasiun TV menayangkan telenovela itu kembali karena murid-murid di kelasnya sangat menyukai tayangan tersebut.
Dengan alasan bahwa para murid itu tak percaya diri menulis surat, maka jadilah guru ini yang membantu murid-muridnya menyampaikan keinginannya.

Saya sendiri hanya sekilas melihat telenovela Amigos tersebut, namun dari satu media saya membaca garis besar ceritanya.

Amigos menceritakan sebuah sekolah milik keluarga Hulia yang janda, Hulia lebih menyukai Francisco, menantunya daripada Salvador, anaknya sendiri. Francisco pandai mengambil hati Hulia, sehingga Hulia selalu menyetujui pendapatnya, Salvador tidak menyetujui metode pendidikan ibunya.
Francisco berusaha membunuh Salvador demi merebut warisan keluarga.
Dengan inti cerita yang seperti itu, saya sangat yakin tayangan ini bukan terkategori "Acara Anak". Ini lebih pada telenovela dewasa (yang tidak bermutu).
Oleh pihak stasiun televisi yang menayangkan, Amigos memang diposisikan tayangan anak. Dan dengan naifnya guru dari Brebes itu mengira setiap tayangan yang diposisikan sebagai tayangan anak oleh pihak stasiun TV maka layak dan aman untuk ditonton anak.

Guru itu sebenarnya tidak sendian, banyak orang dewasa yang berpendapat seperti itu.
Jika pihak TV telah mengatakan suatu tayangan adalah "Acara anak", mereka akan melepas anak menonton sendiri tanpa pendampingan.
Mari kita cermati beberapa film yang banyak dikategorikan masyarakat (dan pihak TV) sebagai tayangan anak.
Popeye misalnya, film kartun klasik yang sangat populer ini mengandung muatan negatif. Terutama seks dan kekerasan. Brutus yang bertubuh besar sering menganiaya Popeye si pelaut. Adapun muatan seks ditampilkan melalui upaya-upaya pelecehan seks yang dilakukan Brutus pada Olive, kekasih (atau istri???) Popeye.
Atau barangkali film Simpson, yang penuh muatan kata-kata kotor dan tindakan tak layak untuk ditiru.
Memang kedua film tersebut adalah kartun, namun kartun bukanlah identik dengan anak. Isi cerita yang disajikan bukanlah dunia anak. Namun persoalan orang dewasa.

Sangat menyedihkan seandainya orangtua, guru, atau kita yang dewasa ini tak mampu menilai sebuah tayangan yang amandan bermanfaat bagi anak.
Kepekaan dan daya kritis sangat diperlukan, karena anak-anak adalah kalangan yang rentan dan potensial terpengaruh acara TV.
Anak sangat cepat meniru, kemungkinan melakukan imitasi sangat besar terhadap apa yang mereka lihat.
Apalagi TV adalah media yang hampir tidak memungkinkan penontonnya merenung. Sajian TV terus menerus menjejali penontonnya dengan sajian yang berganti-ganti, sehingga penonton tak lagi sempat berpikir, dan lagi jika ada jeda, maka diisi oleh iklan.

Apa yang disebut acara anak oleh pihak stasiun TV belum tentu sehat dan bermanfaat bagi anak. Tidak bisa tidak! kita yang dewasa ini harus selektif untuk mengizinkan anak mengkonsumsi acara anak di TV. Hanya yang sehat dan bermanfaat saja yang boleh dikonsumsi. Jangan sampai kita menjadi orang dewasa yang naif (atau terlalu bodoh) untuk membiarkan anak-anak kita terjebak pada apa yang disebut "Acara Anak" oleh pihak stasiun TV.

Wallahu'alam

3 komentar:

  1. Mari lindungi anak-anak kita dari bahaya tersembunyi dibalik si kotak hitam.. orang tua adalah filter paling utama dalam melindungi anak2 mereka dari tontonan nggak mutu..

    BalasHapus
  2. Asw,Halllow..... yuhuuuuu....Noviiii... mampir yuk ke blogku. Baru mau mulai nulis lagi. Makin keren aja blog-mu, Nov!

    BalasHapus