Pages

Rabu, 07 September 2011

Pengasuh Itu Bernama Televisi, Internet Dan Handphone

Saat ini anak-anak masih dalam masa liburan. Jika saya perhatikan, anak-anak SD banyak yang menghabiskan waktu liburannya dengan menonton televisi dan bermain komputer atau internet.
Di waktu libur sekolah, televisi umumnya menyuguhkan acara-acara tambahan untuk anak-anak di luar acara reguler.

Kecenderungan orang tua memang melonggarkan waktu bagi anak untuk menonton televisi dan bermain komputer dan internet pada saat liburan. Tidak masalah sih, namun akan menjadi masalah jika tidak dalam pengawasan orang dewasa yang mampu melakukan transfer nilai-nilai pada anak. Maksudnya, walau anak melihat acara kartun, yang sering diasumsikan sebagai tayangan anak bebas dari "muatan dewasa", tetaplah dampingi anak tsb. Hal ini sudah pernah saya singgung disini .

Senin, 08 Agustus 2011

Anak Digital

Anak-anak yang lahir setelah tahun 1980 dapat disebut Anak Digital atau Digital Natives. Mereka mengakses teknologi jejaring digital serta memiliki keterampilan dan pengetahuan.
Jika mereka disebut digital Natives, lalu siapakah para orang tuanya?. Para orang tua itu disebut Digital Immigrants, yakni mereka yang telah mengadopsi dan menggunakan internet serta teknologi terkait, namun terlahir sebelum era digital.
Digital Immigrants belajar bagaimana mengoperasikan komputer, membuat dan menggunakan e-mail dan jejaring sosial, namun proses itu berlangsung "terlambat" dibanding Digital Native yang mengenyam teknologi sejak dini.

Rabu, 29 Juni 2011

Kebebasan Berekspresi Di Internet

Dulu saya pernah dituduh kerjaannya hanya cekakak cekikik main FB-an aja. Wah saya sebel banget dikatain hanya ketawa ketiwi seharian di internet, gak terima banget. Amat sangat fitnah itu. Faktanya saya berinternet untuk mencari informasi, membaca berita, menulis, jualan, promosi usaha saya dan tentu saja di sambi FB-an & Twitteran. Jadi bukan cuma cekakakan saja.
Saat itu saya sangat kesal dan ingin menjelaskan pada si penuduh itu, bahwa apa yang dia pikirkan tentang saya adalah salah. Tapi ternyata sulit memberitahu orang semacam dia. Orang yang tidak paham Internet tapi sok tau, merasa sudah paham luar dalam tentang internet (lho kok saya jadi curhat?).Dia terlahir sebelum era internet dan hingga saat ini tak ingin juga belajar internet, tapi dengan gagah berani menuduh saya dengan tuduhan yang kejam meyayat hati  seperti itu. Sungguh perih hati ini, bagai disayat sembilu (maaf saya terkontaminasi oleh sinetron, jadi bahasanya sangat didramatisir :D).

Selasa, 31 Mei 2011

Kritis Menilai Acara Anak

Saya masih ingat saat sekitar tahun 2002/2003 ada tayangan telenovela berjudul "Amigos" yang mengambil setting latar belakang sebuah sekolah.
Kemudian saat tayangan itu usai masa tayangnya, seorang guru dari Brebes menulis surat ke salah satu majalah, yang isinya minta agar pihak stasiun TV menayangkan telenovela itu kembali karena murid-murid di kelasnya sangat menyukai tayangan tersebut.
Dengan alasan bahwa para murid itu tak percaya diri menulis surat, maka jadilah guru ini yang membantu murid-muridnya menyampaikan keinginannya.

Saya sendiri hanya sekilas melihat telenovela Amigos tersebut, namun dari satu media saya membaca garis besar ceritanya.

Selasa, 10 Mei 2011

Televisi Si Penjadwal Kegiatan

Daya tarik televisi begitu besar. Program yang ditayangankan potensial untuk mengagendakan kegiatan kita. Lihatlah banyak anak-anak yang mengawali pagi harinya dengan  menonton kartun yang diputar di televisi daripada beribadah, belajar atau mandi. Bisa jadi yang membangunkan mereka adalah suara lagu tema film kartun di televisi, bukannya suara ayah atau bundanya.

Saya ingat sekitar tahun 1996, saat sinetron si Doel I ditayangkan di televisi setiap hari minggu malam, maka jalanan menjadi sepi. Bahkan saat bulan Romadhon setiap malam senin yang datang tarawih hanya sedikit, disebabkan jamaah lebih memilih menonton sinetron daripada Tarawih.

Para pakar memang mengatakan bahwa salah satu dampak kehadiran televisi adalah adanya efek penjadwalan kegiatan.

Jumat, 06 Mei 2011

Jebakan Media Sosial Di Internet

Pagi hari ini saya dapat "Sarapan" yang sungguh "Bergizi" dari seorang teman di dunia maya.
Beliau menulis tentang "Kebohongan Indah atau Kebenaran Tolol?".
Ada sebaris kalimat yang membuat saya tercenung.
"JEBAKAN dari dunia SOCIAL MEDIA di internet, bila tidak berhati-hati meladeni keinginan untuk "EXIST' dan terlihat "HEBAT".
Seberapa sering membuat note, status, comment, wall post, lalu setelahnya berharap akan ada jempol yang singgah.


Bagai disentil di telinga, saya sebagai pengguna internet dengan segala fiturnya merasa pernah melakukan hal tersebut.  Hampir 24 jam saya mengonlinekan internet baik dari laptop atau dari HP.  Sebentar-sentar saya melihat internet untuk mencari artikel dan info, melihat e-mail atau melihat facebook dan twitter.
Memang jejaring sosial yang tersedia di internet kadang memancing kita untuk "minta perhatian" orang lain.
Jujur, saat awal tergabung dalam jejaring sosial saya pernah menulis status dengan harapan dapat komen (biasa..masih norak)

Kamis, 14 April 2011

Belajar Bersama Media

Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk bisa belajar, untuk bisa lebih banyak tahu. Salah satunya belajar melalui media. Media apa?..tentu banyak ragamnya, bisa buku, televisi, film, game di komputer
Menurut pengalaman saya, media sangat ampuh dan potensial digunakan untuk belajar. Saya pernah membuat percobaan kecil belajar menggunakan media internet dan belajar dengan media buku seperti cara konvensional (anak membaca dan menghafalnya).
Salah seorang murid saya ajarkan bahasa inggris dengan cara membaca buku dan mengingat beberapa kosa kata, lalu pada pertemuan berikutnya dia saya ajarkan bahasa inggris dengan cara membaca sebuah cerita lalu mencatat kosa kata yang tak diketahui artinya dan saya minta dia menggunakan google translate untuk menerjemahkannya. Dan ternyata sang murid lebih nyaman dan lebih senang belajar dengan menggunakan internet (terbukti lebih banyak kosa kata yang diingatnya saat belajar dengan internet, daripada hanya menghafal dari buku).

Selasa, 12 April 2011

REG SPASI

"Ketik reg spasi....kirim ke....", iklan layanan SMS ini sering terdengar di televisi. Bentuk promosi yang lahir seiring perkembangan tehnologi mobilephone (handphone) ini tampak sangat meningkat pesat.
Promosi yang ditawarkan "reg spasi" ini beragam, dari info artis, kontak jodoh, tips percintaan, ramalan bintang, ramalan primbon dll.

Mekanisme layanan SMS semacam ini  ada yang harus mendaftar dahulu dalam bentuk reg spasi dan ada pula yang tak perlu mendaftar dahulu, seperti halnya pengiriman SMS untuk mendukung peserta ajang pencarian bakat.

Bentuk promosi dengan menggunakan SMS ini dimediatori oleh  penyedia jasa (gateway/content provider).  Penyedia jasa ini membuat nomer premium empat digit. Ke nomer inilah konsumen mengirimkan SMS, dan pulsa yang digunakan bukan pulsa seperti halnya kita mengirim SMS pada lazimnya. Pulsa untuk mengirim SMS ini minimal dua ribu rupiah atau bisa lebih mahal lagi.

Senin, 11 April 2011

Tayangan Mistis

Masyarakat kita sebenarnya masih sangat lekat dengan budaya mistis. Dalam keseharian, kita dapat menjumpai nuansa mistik di berbagai kesempatan. Lihatlah, masih banyak wanita hamil yang membawa gunting kecil, bawang putih, benang warna warni dll. Semua benda itu adalah simbol penolak bala. Diharapkan dengan membawa benda-benda tersebut, maka si pemegangnya akan selamat dari "serangan" setan yang jahat (mana ada setan yang baik?)

Sedari kecil kita sudah disuguhi cerita-cerita dan legenda-legenda yang berbau mistik, cerita tentang Joko Tarub misalnya, atau legenda Danau Toba dan Sangkuriang contohnya.
Jasa perdukunan pun bukan sesuatu yang tabu di negeri ini, tanpa sungkan mereka beriklan di berbagai media, dengan tujuan agar orang berbondong-bondong mengunakan kepiawaian sang dukun yang (katanya) mampu "bernegosiasi" dengan mahluk ghaib supaya segala keinginan si klien terpenuhi.
Namun anehnya, banyak pengguna jasa perdukunan yang tak ingin diketahui jika dia menjadi klien sang dukun. Ini menunjukkan kondisi sebagian masyarakat yang masih menggunakan double standart.

Sabtu, 09 April 2011

Kekuatan Sebuah Cerita

Pernah mendengar nama Jacob Grimm?, jika belum, pernahkan mendengar cerita Putri Salju?..
Nah Jacob Grimm adalah pengarang cerita Putri Salju.
Ia menuliskan cerita Putri Salju, 18 tahun setelah operasi. Jacob harus menjalani operasi pengangkatan tumor tanpa mengunakan anatesi!, untuk mengalihkan proses operasi itu (yang tentu saja sakit sekali) Jacob didongengi cerita yang membuatnya tidak merasa kesakitan.
Kisah Jacob ini tertulis di buku 101 Kisah yang Memberdayakan, karya George W Burns, seorang pakar psikoterapi.

Saya sendiri mempunyai pengalaman tentang kekuatan sebuah cerita. Saya dahulu sangat takut dengan patung bungkus rokok  yang besarnya seperti raksasa (begitulah saat itu saya membayangkan raksasa) yg ada di perempatan jalan menuju rumah saya. Patung itu sebenarnya iklan rokok, namun karena eyang selalu menceritakan bahwa keadaan neraka seperti patung itu, siapa saja yang tidak menurut pada orang tua maka akan dimasukkan ke dalam patung tersebut, yang di dalamnya terdapat api yg sangat panas..hickz..sungguh menakutkan bagi anak seusia saya saat itu (usia 6 tahun). Dan cerita eyang itu terus terngiang hingga saya duduk di kelas 4 SD, dimana saya mengetahui bahwa neraka itu tidak seperti yang digambarkan eyang.

Jumat, 08 April 2011

Majalah Kaum Muda dan Narsisisme

Saat ini kita banyak dibanjiri oleh media cetak yang mengusung spesifikasi tertentu. Ada majalah otomotif yang mengulas hal-hal yang berhubungan dengan kendaraan, ada majalah tentang ibu dan anak, yang membahas tentang tumbuh kembang anak dan peranan orang tua, dan masih banyak lagi majalah-majalah yang secara khusus mengulas sesuatu.

Kaum muda adalah sasaran empuk pebisnis di bidang media, maka berlomba-lombalah mereka meluncurkan media yang ditujukan untuk kaum muda.
Semua majalah itu sama dan sebangun dengan majalah remaja pendahulunya. Tampilan majalahnya dibuat semenarik mungkin, halaman-halamannya dihiasi banyak gambar dengan warna ceria.
Tema utama majalah remaja (katanya) adalah cara-cara meningkatkan potensi diri dan cara mengekspresikannya.

Rabu, 16 Maret 2011

Budaya Konsumer

Saya pernah melihat di televisi, ada sebuah mall di Jakarta yang mengadakan diskon besar-besaran untuk pembelian alas kaki bermerk internasional.
Peminatnya sangat banyak, mereka rela antre berjam-jam dan antreannya mengular sampai lantai satu, padahal toko terletak di lantai tiga.

Siapakah para pengantre ini?, apakah mereka orang-orang yang memang membutuhkan alas kaki tersebut?.
Saat pengantre diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi, tak ada satupun yang mengatakan "Saya butuh alas kaki merk ini"
Rata-rata mereka menjawab "Mumpung diskon", "Mereknya terkenal sih", dan berbagai alasan lainnya.

Selasa, 08 Maret 2011

Infotainmen Atau Gosip?

Acara infotainmen di televisi diawali oleh Kabar-kabari di stasiun RCTI pada penghujung tahun 1990-an, setelah tayangan itu sukses maka bermunculanlah para pengikutnya. Latah, hampir semua stasiun televisi menayangkan acara serupa dengan berbagai judul.

Menurut Wikipedia Infotainmen berarti : Berita ringan yang menghibur.
Infotainment di Indonesia identik dengan acara televisi yang menyajikan berita selebritis dan memiliki ciri khas penyampaian yang unik. (entah dimana khasnya?..apakah di isi beritanya atau cara penyajiannya)

Jika kita cermati, isi dari infotainmen tak lebih dari hal-hal yang remeh.
Misalnya apa isi dompet si artis, apa makanan kegemarannya, berapa banyak sepatu yang dikoleksinya, mengapa suka boneka sapi, bahkan saat sang artis potong rambut pun di liput dan ditayangkan di televisi.
Hal-hal seperti tersebut diatas sebenarnya sangat tidak penting artinya bagi kita, manfaat apa yang bisa kita ambil dari melihat isi dompet artis?.

Media kita kini sedang dijejali dengan isi yang membodohi dan tidak mengkondisikan konsumennya untuk mengasah otak . Hal ini diperparah dengan munculnya infotainmen sebagai salah satu isi media, salah satu tayangan yang mengarahkan pemirsanya untuk berpikir hal-hal yang remah dan dangkal.
Belum lagi tayangan infotainmen yang banyak memasuki wilayah pribadi artis yang sesungguhnya tak layak untuk diumbar pada khalayak.
"Lho kan artis milik publik?". mungkin begitu pertanyaan yang akan terlontar jika disinggung tentang keberatan penayangan tersebut.
Prinsip jurnalistik "Name makes news", membuat para pemburu berita berusaha "menelanjangi" artis, semakin sedikit yang tertutupi semakin bagus. Hal ini memunculkan masalah etika yang berdampak pada tergerusnya etika kita bermasyarakat.


Jika hanya hal-hal yang remeh yang kita lihat dan dengar, maka memori kita pun hanya diarahkan untuk berpikir yang remeh dan dangkal saja.
Akhirnya wajar jika isi pembicaraan kita hanya tentang artis-srtis itu dan seputar gosip-gosipnya. Kita kehilangan kedalaman, perenungan dan hal-hal bermanfaat, karena kita telah terbuai dengan hal-hal yang remeh.

Pilihan ada di tangan kita, kitalah yang harus selektif menentukan media yang kita konsumsi.
Jangan sampai media yang kita konsumsi hanya akan membuat kita bodoh dan bebal.
Mari dari sekarang kita cerdas menentukan media yang kita konsumsi.


Wallahu'alam

Sabtu, 05 Maret 2011

Kebiasaan???...Dibiasakan Sih!!

Dalam buku After the Death of Childhood (Matinya Masa Kanak-Kanak), dikatakan bahwa salah satu sebab matinya masa kanak-kanak adalah karena media. Media turut andil mengenalkan anak-anak pada kehidupan dewasa sebelum waktunya. Coba perhatikan sekarang ini betapa minimnya lagu anak-anak yang bertema kanak-kanak, lalu berapa banyak film anak-anak yang enak ditonton. Media kita saat ini dipenuhi oleh konten dewasa, inilah yang membuat anak-anak "tercerabut" dari masa kanak-kanak yang seharusnya.

Lho kan banyak film kartun anak-anak!
Ya benar..kartun anak-anak yang tiap hari ditayangkan televisi, namun mari kita cermati isinya, kartun anak-anak yang isinya hubungan percintaan laki-laki dan perempuan dan seks (Popeye, Sailor Moon dll), inikah gambaran anak-anak kita?. Pesan apa yang ingin disampaikan film seperti ini pada anak-anak?.

Lalu bagaimana dengan lagu?, wah ini lebih "parah" lagi, bisa dihitung dengan jari tangan lagu-lagu yang menceritakan masa kanak-kanak (saya suka sekali dengan lagu anak-anak yang dinyanyikan Tasya : Libur Telah Tiba, dan semua lagu yang ada di film Sherina)
Banyak lagu anak-anak sekarang yang syairnya mengandung muatan seks.

Rabu, 02 Maret 2011

Melek Media Yuk

Futurolog paling terkenal saat ini, John Naisbitt menyatakan bahwa kini kita hidup di zona Mabuk Teknologi.
Zona ini membingungkan dan membuat gamang, karena serbuan teknologi (termasuk media) yang begitu gencar sehingga membuat orang tak tahu lagi makna yang diperoleh dari berbagai teknologi modern itu.

Lihatlah, anak-anak masa kini banyak menghabiskan waktunya di depan layar. Layar televisi,layar komputer maupun layar handphone.
Kita tidak bisa menolak teknologi maupun menyalahkan teknologi. Yang bisa kita lakukan adalah memahami pesan visual. Itulah yang disebut MELEK MEDIA

Selasa, 01 Maret 2011

AVID, Penyakit Yang Terus Menyebar

Sebuah artikel di sebuah majalah menyebutkan tentang AVID (Acquired Violence Immune Deficiency) atau penurunan kekebalan terhadap kekerasan.
Yang mencetuskan nama ini adalah Letnan Kolonel David Grossman, mantan guru besar psikologi di West Point, Akademi militer AS.
Grossman adalah pensiunan tentara pakar desinsititasi (hilangnya kepekaan perasa), yang melatih para prajurit agar mereka lebih efesien dalam membunuh.

Penyebab AVID adalah kekerasan, yang oleh industri media tentu saja tidak kekerasan, tapi dengan gaya bahasa yang diperhalus menjadi "laga","aksi" dsb.
Betapa banyak kita menyaksikan kekerasan di televisi yang kemudian lambat laun akan berdampak pada pemirsanya (khususnya anak-anak).
Kekerasan disuguhkan bukan hanya dalam bentuk tayangan film, sinetron, game, namun juga dalam iklan dan dalam  bahasa yang digunakan.

Blog Baru

Telah 2 tahun aku tak aktif ngeblog, hari ini semangat lagi karena harian Tribun Pekanbaru memberi ruang untuk para blogger menulis.
Karena blogku http://berbagibersana.blogspot.com/ susah log in nya...maka aku dibantu seorang teman (Cebong Ipiet) membuat blog baru ini. Maklum aku hanya bisa posting, kalo sudah masalah ngutek2 template dan lain-lain gapteknya masya Allah. Niatnya sih blog ini berisi opiniku tentang suatu hal, dan tempat berbagi dengan teman-teman, tempat menyebar manfaat.
Hyukk kita berbagi ilmu disini.