Pages

Selasa, 10 Mei 2011

Televisi Si Penjadwal Kegiatan

Daya tarik televisi begitu besar. Program yang ditayangankan potensial untuk mengagendakan kegiatan kita. Lihatlah banyak anak-anak yang mengawali pagi harinya dengan  menonton kartun yang diputar di televisi daripada beribadah, belajar atau mandi. Bisa jadi yang membangunkan mereka adalah suara lagu tema film kartun di televisi, bukannya suara ayah atau bundanya.

Saya ingat sekitar tahun 1996, saat sinetron si Doel I ditayangkan di televisi setiap hari minggu malam, maka jalanan menjadi sepi. Bahkan saat bulan Romadhon setiap malam senin yang datang tarawih hanya sedikit, disebabkan jamaah lebih memilih menonton sinetron daripada Tarawih.

Para pakar memang mengatakan bahwa salah satu dampak kehadiran televisi adalah adanya efek penjadwalan kegiatan.

Di satu artikel, disebutkan hasil sebuah penelitian yang dilakukan di satu desa di Sulawesi Utara pada akhir tahun 70-an yang menunjukkan bahwa sebelum televisi masuk desa mereka, penduduk bisa bekerja 10 hingga 11 jam sehari. Namun, sejak ada televisi, kaum muda dan anak-anak lebih malas untuk bekerja dan sekolah pagi, karena mereka menonton televisi hingga larut malam.
Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa kehadiran televisi telah mengurangi waktu bermain, tidur, dan membaca.

Tidak ada salahnya jika kita menonton televisi, yang perlu dicermati adalah isi tontonan itu dan kemampuan kita untuk memilih tayangan yang akan ditonton serta mampu “kreatif” menikmati tayangan tersebut.
Maksud “kreatif” disini adalah cara cerdas kita untuk tetap mendapatkan isi tayangan tersebut tanpa harus meninggalkan pekerjaan kita.
Misalnya menyalakan televisi saat acara berita atau tayangan yang kita sukai, sembari kita mengerjakan sesuatu. Bukankah mendapatkan isi tayangan televisi tidak harus duduk di depan televisi?
Saya suka acara musik dan berita, namun pada saat yang sama saya juga harus memasak dan membersihkan rumah, maka hal yang saya lakukan adalah menyetel televisi yang ada di ruang keluarga, dan saya masak di dapur, namun telinga saya tetap mendengarkan suara televisi. Jika ada hal yang sepertinya ingin saya lihat visualnya, maka saya hentikan sejenak pekerjaan saya, untuk sekedar melihat tayangan visualnya.

Kitalah yang seharusnya mengatur kegiatan kita, jangan sampai pekerjaan utama kita terbengkalai hanya gara-gara menikmati tayangan “sampah”.

Wallahu’alam

3 komentar:

  1. hehe..jadi inget zamannya si Doel dulu...bela2in sampe ga mandi (setelah pulang kerja, nyampe di tempat kost), supaya kelewatan nonton si Doel.

    kita sebagai konsumen-lah yg harus bijak dalam memilih siaran televisi dan menentukan brp jam kita akan menonton.
    Pihak pemilik tv tidak bisa terlalu disalahkan karena mereka jelas orientasinya, profit.
    Masih mending sekarang ini ada KPI, jadi ada wasitnya. Kalau ada stesyen :) tv yang agak 'nakal', bisa diingatkan.

    Menontonlah dengan bijak sambil ditemanin camilan yang menyehatkan...

    BalasHapus