Pages

Sabtu, 05 Maret 2011

Kebiasaan???...Dibiasakan Sih!!

Dalam buku After the Death of Childhood (Matinya Masa Kanak-Kanak), dikatakan bahwa salah satu sebab matinya masa kanak-kanak adalah karena media. Media turut andil mengenalkan anak-anak pada kehidupan dewasa sebelum waktunya. Coba perhatikan sekarang ini betapa minimnya lagu anak-anak yang bertema kanak-kanak, lalu berapa banyak film anak-anak yang enak ditonton. Media kita saat ini dipenuhi oleh konten dewasa, inilah yang membuat anak-anak "tercerabut" dari masa kanak-kanak yang seharusnya.

Lho kan banyak film kartun anak-anak!
Ya benar..kartun anak-anak yang tiap hari ditayangkan televisi, namun mari kita cermati isinya, kartun anak-anak yang isinya hubungan percintaan laki-laki dan perempuan dan seks (Popeye, Sailor Moon dll), inikah gambaran anak-anak kita?. Pesan apa yang ingin disampaikan film seperti ini pada anak-anak?.

Lalu bagaimana dengan lagu?, wah ini lebih "parah" lagi, bisa dihitung dengan jari tangan lagu-lagu yang menceritakan masa kanak-kanak (saya suka sekali dengan lagu anak-anak yang dinyanyikan Tasya : Libur Telah Tiba, dan semua lagu yang ada di film Sherina)
Banyak lagu anak-anak sekarang yang syairnya mengandung muatan seks.

Ada pula video klip, tabloid-tabloid porno yang dijajakan bebas di perempatan lampu merah,yang foto perempuannya nyaris bugil.
Juga serbuan film horor, yang entah kenapa selalu saja menjijikkan (make up nya) dan tentu saja film seperti ini memperkenalkan anak kita pada dunia klenik.

Sinetron- sinetron yang di tayangkan oleh sejumlah stasiun televisi kita pun banyak mengandung unsur kekerasan, konspirasi menjatuhkan lawan dan sejuta intrik. Belum lagi gaya bahasa yang digunakan.
Kemudian anak-anak juga belajar bergunjing dari infotainment yang selama tujuh hari tujuh malam isinya hampir sama.

Tayangan-tangan yang "Tidak Jelas" seperti itu yang membuat anak-anak belajar bahwa itulah yang seharusnya mereka lakukan.
Lho kan tayangan itu bukan untuk anak-anak?...
Siapa yang bisa menjamin anak-anak tidak melihat tayangan yang di putar di waktu dimana mereka sedang rehat, dimana waktu itu memang waktu anak-anak menonton televisi.

Nah jika pola-pola seperti ini (menikmati tayangan yang isinya tidak sesuai dengan usianya) terus menerus dilakukan setiap hari, maka akan menjadi suatu kebiasaan yang lalu dianggap suatu hal lumrah, sesuatu yang tidak ada salahnya.

Kita bisa menjadi "Pemutus" mata rantai matinya masa kanak-kanak ini dengan sosialisasi.
Kita adalah tokoh sosialisasi bagi anak-anak untuk tayangan-tayangan dan isi media lain yang bermanfaat.
Dampingi anak-anak jika melihat tayangan, lalu jika ada konten yang tak sesuai dengan usianya.
Kita jadi "Provokator" yang memberitahu bahwa tayangan itu tidak baik.
Terus sosialisasikan muatan-muatan bermutu di berbagai media pada anak-anak.
Jangan pernah lelah menolak isi media yang buruk untuk dikonsumsi anak.
Biasakan mengkonsumsi media-media yang sehat.
Jika televisi telah dipenuhi "Racun" bagi anak-anak, tak ada salahnya kita menyediakan ensiklopedia.
Jangan khawatir anak-anak tidak bisa mencernanya.
Mereka mampu jika dibiasakan!!


Bukankah kehidupan mengajarkan bahwa sesuatu bisa menjadi kebiasaan jika dibiasakan.
Terbiasa mengkonsumsi media buruk maka anak-anak pun akan melakukan kebiasaan yang buruk.
Mari dampingi dan ajak bicara anak kita jika ada muatan media yang kita rasa "terlalu dewasa".
Tentu anak perlu mengenal kehidupan dewasa, namun nanti, pada saat yang tepat.
Dan itu baru bisa kita lakukan jika kita cerdas dan cermat melihat isi media.


Wallahu'alam

3 komentar:

  1. setuju...skrng ini anak2 sudah 'diracuni' dgn tayangan2 yg seharusnya blm pantas ditonton oleh mereka.
    GIGO = garbage in, garbage out. kalo mrk sdh 'terbiasa' nonton acara 'sampah', maka ga heran kalo nantinya mereka stlh dewasa juga melakukan informasi 'sampah' yg mereka trima.

    setuju lagi dgn pendapat mbak nopi, bahwa kita perlu mendampingi mrk kalau mrk sedang menonton atau membaca informasi yg 'terlalu dewasa'. agar menjadi seimbang.

    nais artikel..

    btw, di bagian akhir, itu ada pake photobucket ya koq ngga muncul?

    BalasHapus
  2. Hmmm... Lagi kena banget nih. Anakku malam ini gak pulang. Pamitnya sih ada kegiatan Ekstra dari Sekolahnya.

    Mungkin ini dampak dari segala Pengaruh tadi. Dan yang pasti, keadaan Pekerjaan yg satu tempat dengan Rumah yg berakibat ada Pemaksaan tanpa sengaja bahwa anak masuk dalam Dunia Dewasa dengan 'bantu-bantu' kerjaan Ortu.

    Sempat tercetus pernyataan' " Kerja koq gak pernah Libur.....".
    Eh Sorry gak nyambung kali ya .... maaf malah jadi Curhat.

    BalasHapus
  3. Tontonan itu kaya sekolahan ya mbak
    Sedang produser, sutradara dan penulis skenario itu sebenernya kaya guru. Tapi mereka ngga sadar kalo tugas mereka ya ikut mendidik

    BalasHapus